Sabtu, 27 Juni 2009

Kisah Pendeta Yang Masuk Islam

Diriwayatkan dari Wahab bin Munabbih, bahwa dia berkata: “Aku pernah melihat Uskup Qisariyyah sedang thawaf (di Baitullah), maka aku pun menanyakan kepadanya tentang alasan mengapa dia masuk Islam. Dia menjawab: ‘Aku pernah naik sebuah perahu bersama sejumlah orang, karena aku ingin pergi ke sebagian kota. (Di tengah perjalanan) kapal yang kami tumpangi pecah, dan (pada saat itu) aku berpegangan pada sebuah kayu yang terus membawaku mengikuti arus ombak hingga tiga hari tiga malam. Akhirnya, ombak laut menghempaskanku ke sebuah hutan yang di dalamnya terdapat pohon-pohon yang buahnya seperti buah pohon bidara. Di dalam hutan itu juga terdapat sebuah sungai yang lurus. Aku pun meminum air (dari sungai itu) dan memakan buah-buahan tersebut. Ketika malam telah gelap, muncullah sosok yang berbadan besar dari air sungai itu. Di sekeliling orang itu ada sekelompok orang yang rupanya tidak pernah aku lihat sebelumnya. Orang itu berteriak dengan suaranya yang paling keras:
‘Tidak ada Tuhan yang berhak disembah kecuali Allah, Sang Raja Yang Maha Perkasa. Muhammad adalah utusan Allah, Sang Nabi pilihan. Abu Bakar Ash-Shiddiq adalah orang yang menemani Nabi dalam gua (Hira). Umar bin Khaththab adalah kunci pembuka (bagi penaklukan) sejumlah daerah (negeri). Utsman bin Affan adalah tetangga yang paling baik. Ali bin Abi Thalib adalah orang yang membinasakan orang-orang kafir. Semoga orang-orang yang membenci mereka semua akan mendapatkan laknat dari Allah, dan sesungguhnya tempat kembali bagi orang-orang seperti itu adalah neraka Jahannam, padahal neraka Jahannam adalah seburuk-buruk tempat tinggal.’ Setelah mengucapkan perkataan itu, sosok itu pun menghilang. Tetapi ketika aku telah melewati sebagian besar waktu malam, sosok itu kembali muncul bersama rekan-rekannya. Dia kembali berteriak (dengan suara keras):
‘Tidak ada Tuhan yang berhak disembah kecuali Allah, Dzat Yang Maha Dekat dan Maha Mengabulkan doa. Muhammad adalah utusan Allah, Sang Nabi yang merupakan kekasih Allah. Abu Bakar Ash-Shiddiq adalah orang yang sangat menaruh perhatian (kepada Nabi) dan teman sejati beliau. Umar bin Khaththab adalah (seperti) tiang yang (terbuat) dari besi. Utsman bin Affan adalah seorang yang sangat pemalu dan bijaksana. Sedangkan Ali bin Abi Thalib adalah seorang yang pemurah dan istiqamah (teguh pendiriannya).’
Kemudian salah seorang di antara mereka melihatku. Dia pun mendekatiku, lalu dia berkata: ‘Kamu berasal dari golongan jin ataukah manusia?’ Aku menjawab: ‘Manusia.’ Dia bertanya lagi: ‘Apa agamamu?’ Aku menjawab: ‘Nashrani.’ Dia berkata: ‘Masuklah kamu ke dalam agama Islam, niscaya kamu akan selamat! Tidakkah kamu mengetahui bahwa sesungguhnya agama yang benar di sisi Allah hanyalah Islam?’ Aku pun bertanya kepadanya: ‘Siapa orang yang berbadan besar dan berseru itu?’ Dia menjawab: ‘Dia adalah At-Tayyar, malaikat penjaga laut. Itu adalah kebiasaan yang dilakukannya setiap hari di laut.’
Dia berkata lagi: ‘Besok, akan lewat ke hadapanmu sejumlah orang yang berkendaraan. Berteriaklah kamu kepada mereka atau berilah isyarat kepada mereka agar mereka mau membawamu ke negeri yang penduduknya beragama Islam!’ Esok harinya, lewatlah ke hadapanku sejumlah orang yang berkendaraan. Aku pun memberi isyarat kepada mereka. Mereka adalah orang-orang Nashrani, maka mereka pun membawaku. (Di tengah perjalanan) aku menceritakan kepada mereka tentang kisah yang aku alami. Maka, mereka semua pun masuk Islam sebagaimana aku juga masuk Islam. Aku berjanji kepada Allah swt. untuk tidak menyembunyikan peristiwa itu.’”

Read more...

Kamis, 25 Juni 2009

10 Amanat Anak kepada Bunda dan Ayah

1. Tanganku kecil, tolong jangan menilai terlalu sempurna saat aku
sedang membereskan tempat tidurku, menggambar atau melempar bola. Kakiku masih pendek, tolong jangan terlalu cepat kalau berjalan agar aku dapat berjalan bersama Bunda dan Ayah.

2. Mataku tidak seperti Bunda dan Ayah. Aku belum melihat semua hal
di dunia ini, beri aku kesempatan untuk dapat menjelajahi dunia dengan aman
dan jangan larang aku kalau tidak perlu sekali.

3. Aku tahu ada banyak pekerjaan di rumah dan di kantor yang harus
Bunda dan Ayah kerjakan. Aku tidak akan lama menjadi anak kecil, tolong
beri aku waktu dan perhatian untuk menjelaskan tentang dunia yang indah
dan lakukanlah sepenuh hati.

4. Perasaanku lembut. Perlakukanlah aku sebagaimana Bunda dan Ayah
ingin diperlakukan oleh orang lain. Jangan marah padaku sepanjang hari.
Aku ingin Bunda dan Ayah sensitif dengan kebutuhanku.

5. Aku adalah hadiah dari Allah SWT untuk Bunda dan Ayah.
Perlakukanlah aku sesuai kehendak Allah SWT. Arahkan, bimbing dan
siapkanlah diriku untuk dapat menghadapi masa depanku yang tidak sama
dengan zaman Bunda dan Ayah. Berilah aku aturan, penghargaan dan konsekuensi (bukan hukuman yang tanpa penjelasan yang membuat aku dendam) atas perbuatanku yang salah sehingga aku mengerti mana yang benar dan salah.

6. Aku membutuhkan dukungan dan dorongan Bunda serta Ayah untuk
tumbuh dan berkembang optimal, bukan hanya kritikan. Bunda dan Ayah dapat mengkritik perbuatanku tanpa harus membenci aku.

7. Beri aku kesempatan berlatih mengambil keputusan untuk diriku
sendiri. Ijinkan aku untuk mengalami kegagalan atau berbuat kesalahan
sehingga aku dapat belajar dari hal itu. Bantu aku untuk mengatasi kegagalan dan memperbaiki kesalahan sehingga di masa depan aku sudah siap mengambil keputusan yang tepat untuk hidupku.

8. Jangan lakukan semuanya untukku karena aku akan merasa bahwa apa
yang aku lakukan tidak memenuhi standar atau harapan Bunda dan Ayah.
Tolong jangan bandingkan aku dengan anak lain atau dengan saudara
kandungku. Aku tahu ini memang berat bagi Bunda dan Ayah.

9. Jangan takut meninggalkan aku jika memang Bunda dan Ayah perlu
pergi berdua. Anak-anak juga butuh liburan tanpa Bunda dan Ayah, sama
seperti Bunda dan Ayah yang membutuhkan liburan tanpa anak-anaknya.

10. Bawalah aku ke masjid secara rutin, berikanlah aku contoh bagaimana
menjadi muslim yang baik. Aku ingin tahu lebih banyak tentang Allah SWT dan Rasul-Nya.

dikutip dari:Catatan Dwiyatcita Indriasari(thanks ya bu..semoga ini bermanfaat bagi para orang tua2)

Read more...

Minggu, 21 Juni 2009

Apa Yang Engkau Sukai, Wahai Suamiku?

Diriwayatkan dari Syuraih Al-Qadhi, bahwa pada suatu hari dia pernah bertemu dengan Asy-Sya’bi. Saat itu, Asy-Sya’bi bertanya kepada Syuraih tentang kondisi keluarganya. Maka, Syuraih pun menjawab: “Selama 20 tahun, aku tidak pernah melihat sesuatu (sikap) dari isteriku yang membuatku marah.” Asy-Sya’bi bertanya: “Bagaimana hal itu bisa terjadi?” Syuraih menjawab: “Pada malam pertama, yaitu ketika pertama kali aku menemui isteriku (di dalam kamar), aku melihatnya sebagai wanita yang cantik, memikat hati, indah dan tergolong langka. Maka, aku pun berkata dalam hatiku: ‘Aku harus bersuci (berwudhu`) dan shalat dua rakat’at sebagai tanda syukur kepada Allah.’ Ketika aku mengucapkan salam, ternyata aku mendapati isteriku ikut shalat bersamaku dan melakukan salam bebarengan dengan salamku. Ketika rumah sudah sepi dari para tamu dan teman, aku berdiri untuk menghampirinya. Lalu aku mengulurkan kedua tanganku ke arahnya. Dia berkata: ‘Tahan sebentar, wahai Abu Umayyah!’ Kemudian dia berkata: ‘Segala puji hanya milik Allah, aku memuji-Nya dan memohon pertolongan kepada-Nya. Aku juga bershalawat kepada Nabi Muhammad saw. dan para kerabatnya. Sesungguhnya aku adalah seorang wanita yang masih asing bagimu, hingga aku pun belum memiliki pengetahuan sedikitpun tentang akhlakmu. Karena itu, jelaskanlah kepadaku apa yang engkau sukai, niscaya aku akan melakukannya! Jelaskan pula apa yang engkau benci, niscaya aku akan meninggalkannya!’

Dia juga berkata: ‘Sesungguhnya di antara kaummu ada wanita yang pantas engkau nikahi, dan di antara kaumku juga ada laki-laki yang se-kufu` (sepadan) denganku. Akan tetapi, jika Allah telah memutuskan sesuatu, ia pasti akan terjadi. Sekarang aku telah menjadi milikmu, maka perbuatlah seperti yang telah diperintahkan Allah, yaitu mempertahankannya dengan baik ataukah melepaskannya (menceraikannya) dengan baik pula. Aku kira cukup sekian perkataanku, dan aku memohon ampunan kepada Allah untukku dan juga untukmu!!’”

Syuraih berkata: “Wahai Sya’bi, demi Allah, dia telah membuatku merasa perlu untuk berkhutbah pada saat itu. Maka, aku pun berkata: ‘Segala puji hanya milik Allah, aku memuji-Nya dan memohon pertolongan kepada-Nya, dan aku bershalawat kepada Nabi Muhammad saw. serta para kerabatnya. Amma ba’du…Sesungguhnya engkau baru saja mengucapkan satu perkataan yang jika benar-benar engkau wujudkan, maka hal itu akan menjadi keberuntungan bagimu. Tetapi jika engkau meninggalkannya, maka hal itu akan menjadi hujjah (bukti) yang akan memberatkan dirimu (pada hari Kiamat). Sungguh aku menyukai ini dan ini, dan aku membenci ini dan ini. Jika engkau melihat suatu kebaikan pada diriku, maka sebarluaskanlah (beritahukanlah kepada orang lain)! Tetapi jika engkau melihat satu keburukan pada diriku, maka tutupilah keburukan itu!’

Dia bertanya: ‘Apa yang engkau sukai dalam kaitannya dengan kunjungan keluargaku?’ Aku menjawab: ‘Aku tidak suka bila saudara-saudara iparku membuatku merasa bosan (dengan kunjungannya).’ Dia bertanya lagi: ‘Siapakah di antara tetangga-tetanggamu yang engkau sukai untuk memasuki rumahmu sehingga aku pun akan memberikan izin kepadanya, dan siapakah yang tidak engkau sukai sehingga aku akan menyuruhnya pulang?’ Aku menjawab: ‘Bani Fulan adalah orang-orang yang baik, dan Bani Fulan (yang lain) adalah kaum-kaum yang tidak baik.’”

Syuraih berkata: “Malam itu, aku melewati malam yang terindah bersamanya dan aku hidup bersamanya selama setahun dalam keadaan tidak ada yang aku jumpai kecuali hal-hal yang aku suka.” (Dikutip dari buku Ahkaam An-Nisaa`, karya Ibnu Al-Jauzi

Read more...

Tips Disayang Isteri

* Anda adalah orang yang dapat mewujudkan impian-impian isteri Anda. Bukalah hati Anda untuknya sehingga dia dapat bersemayam dalam hati Anda. Biarkanlah dia melihat sendiri sinyal-sinyal pada kedua mata, uluran tangan dan kelembutan kedua bibir Anda, yang menunjukkan bahwa diri Anda memang menyambut kehadirannya dengan senang hati. Hendaklah sekujur tubuh Anda membisikkan kata-kata: “Selamat datang di hatiku terlebih dahulu, sebelum engkau datang di rumahku!!” Dia tidak mungkin rela meninggalkan rumahnya guna tinggal di rumah Anda hanya karena menginginkan sebuah rumah, melainkan karena menginginkan sang penenang hati dan orang yang selalu mencintainya. Jadikanlah dia berada dalam “taman” surga Anda sejak malam pertama. Jangan jadikan dia merasa bahwa ada orang lain yang lebih ganteng dan lebih dia cintai daripada diri Anda. Jangan pula jadikan dia membenci diri Anda dan juga membenci hari yang pada saat itu dia masih melihat diri Anda!!

* Rubahlah watak dan karakter Anda jika Anda merupakan orang yang suka bersikap keras dan kasar. Lalu berusahalah untuk menjadi orang yang lembut, bersahabat, simpel dan lunak. Ketahuilah bahwa seorang laki-laki tidak dianggap bijaksana bila dia tidak memperlakukan dengan baik orang yang dirinya selalu bergaul dengannya.

* Orang yang Anda pergauli itu juga memiliki jiwa atau perasaan seperti halnya diri Anda. Terkadang dia senang dan terkadang kesal, terkadang cinta dan terkadang benci, terkadang gembira dan terkadang sedih, terkadang baik dan terkadang jahat. Dia juga dapat merasakan sejumlah hal, dapat merasa pilu, dapat berfikir dan juga dapat berakal. Dia bukanlah alat untuk membantu dan menghiburmu. Oleh karena itu, maka berusahalah semampu mungkin untuk menyembunyikan perasaan tidak senang Anda terhadapnya. Jadikanlah satu porsi penghormatan yang khusus diberikan kepadanya.

* Berhati-hatilah dalam memperlakukan kaum wanita, karena pada umumnya mereka tidak menyukai laki-laki yang suka bermuka muram dan memberengut, tidak menyukai kelelahan, hinaan, sifat bakhil dalam memberikan harta, bakhil dalam berbicara (tidak banyak bicara), perbuatan memata-matai, kebimbangan atau keraguan, ketidakpedulian terhadap mereka, serta kekurangan (ketidakadilan) dalam memberikan hak-hak mereka. Oleh karena itu, maka tentukanlah satu hari tertentu dalam setiap minggu atau setiap bulannya untuk berdialog dengan isteri Anda, lalu beritahukanlah kepadanya bahwa hari itu hanya khusus untuk dirinya seorang.

* Perhatikanlah dia dengan perhatian yang lebih besar daripada perhatian Anda terhadap pekerjaan Anda. Jika memungkinkan, ambillah libur (cuti) satu hari di luar liburan akhir pekan. Lalu jadikanlah hari itu hanya untuknya dengan maksud agar dia mengetahui bahwa dirinya memang lebih penting daripada pekerjaan Anda.

(Dikutip dari buku Kaifa Tus’id Zaujatak)

Read more...

Kamis, 18 Juni 2009

Saling Minta Maaf, Kunci Kebahagiaan Rumah Tangga

Isteri Berkata: “Kekasihku, aku minta maaf!!”
Suami menjawab: “Tidak, justeru aku yang harus meminta maaf kepadamu, wahai kekasihku!!”
Inilah dialog paling pendek, namun mampu membalut luka paling dalam, membuat persoalan paling sulit terasa ringan dan perselisihan yang terjadi sejak beberapa saat menjadi reda, dingin dan damai. Inilah dialog paling pendek, namun begitu banyak di antara para suami yang tidak sanggup melakukannya bersama teman hidup mereka, hingga kesalahan kecil menjadi besar, kekeliruan lidah menjadi hal yang sangat buruk, dan ketidaksengajaan menjadi sebuah kesalahan. Setiap hari yang dilalui manusia merupakan kesempatan emas bagi syaitan untuk meniup bara api hingga menjadi kobaran api dan memperlebar lubang hingga tidak mungkin lagi untuk ditutup. Meskipun demikian, sebenarnya upaya untuk menutup lubang itu dapat dilakukan hanya dengan menggunakan satu kata atau satu senyuman.
Orang-orang yang telah mencoba mempraktekkan seni meminta maaf dalam hubungan suami-isteri mereka tentu telah merasakan ni’matnya berjabatan tangan dan upaya saling memaafkan. Oleh karena itu, maka praktekkanlah dengan baik seni yang indah ini, niscaya kalian akan berbahagia.

Read more...

Rabu, 10 Juni 2009

Anak Adalah Anugerah Terindah

Anak-anak merupakan salah satu nikmat Allah yang diberikan kepada para orangtua, karena anak-anak itu merupakan bukti kekuatan, kesuburan dan kemampuan orangtua-orangtua mereka. Di samping itu, anak-anak juga merupakan ladang bagi para orangtua yang dapat digunakan untuk menanam cita-cita atau harapan-harapan yang belum berhasil mereka wujudkan. Anak-anak merupakan salah satu pintu diangkatnya derajat para orangtua di sisi Allah pada hari Kiamat nanti, yaitu ketika salah seorang di antara mereka meninggalkan seorang anak shaleh yang akan selalu mendoakannya. Jika kita menganggap anak-anak kita sebagai sebuah nikmat, lalu kita mengerahkan segenap kemampuan kita untuk mendidik, membina dan memberikan kehidupan yang baik untuk mereka, maka kita akan menemukan mereka berada di sisi kita ketika kita memerlukan mereka, yaitu pada saat kita sudah lemah, pada saat kita membutuhkan bantuan atau pertolongan mereka, ataupun pada saat-saat tertentu yang tidak pernah kita duga sebelumnya. Adapun jika kita tidak menganggap anak-anak kita sebagai suatu nikmat, bahkan kita menganggapnya sebagai beban dalam kehidupan kita, seperti yang sering kita jumpai pada masa sekarang ini, maka anggapan seperti itu akan mempengaruhi sikap kita terhadap mereka. Hal itu akan berdampak negatif bagi diri mereka, sehingga mereka akan benar-benar tumbuh dewasa dalam keadaan menjadi beban dalam kehidupan kita dan juga kehidupan orang-orang yang ada di sekitar kita. Sungguh, hal ini merupakan kesesatan yang sangat nyata, seperti yang dapat kita fahami dari firman Allah swt, “Tidakkah kamu perhatikan orang-orang yang menukar nikmat Allah dengan kekafiran dan menjatuhkan kaumnya ke lembah kebinasaan. (yaitu) neraka Jahannam; mereka masuk ke dalamnya; dan itulah seburuk-buruknya tempat kediaman.” (Ibrahim [14]:28

Read more...

Jumat, 05 Juni 2009

Cara Nabi Menyingkapi Ksalahan Orang Lain

Prinsip-prinsip dan pertimbangan yang harus diperhatikan sebelum dan ketika sedang memperbaiki atau meluruskan kesalahan-kesalahan orang lain.
1. Ikhlas karena Allah
2. Kesalahan merupakan tabiat alamiah manusia.
Rasulullah saw. bersabda:
“Setiap keturunan Adam (manusia) banyak melakukan kesalahan. Sebaik-baik orang yang banyak salahnya adalah yang suka bertaubat.”
3. Menyalahkan orang lain harus berdasarkan dalil syar’i dan disertai dengan bukti, tidak boleh berdasarkan ketidaktahuan atau emosi.
4. Semakin besar kesalhan yang dilakukan, maka semakin besar perhatian untuk memperbaikinya.
5. Mempertimbangkan kedudukan orang yang meluruskan kesalahan.
6. Membedakan antara orang yang melakukan kesalahan karena tidak tahu dan orang yang melakukannya padahal tahu.
7. Membedakan antara kesalahan yang timbul dari hasil ijtihad dan kesalahan yang disengaja, akibat kelalaian dan pengabaian.
8. Adanya niat yang baik, tidak menghalangi pengingkaran jika praktiknya salah.
9. Adil dan tidak boleh berat sebelah dalam meluruskan kesalahan.
10. Berhati-hati agar upaya meluruskan kesalahan tidak mendorong timbulnya kesalahan yang lebih besar.
11. Mengenal tabiat alamiah yang menjadi dasar timbulnya kesalahan
12. Membedakan antara kesalahan yang berkaitan dengan hak agama dan kesalahan yang berkaitan dengan hak manusiawi
13. Membedakan antara kesalahan yang besar dan kesalahan yang kecil, karena agama sendiri membedakan antara dosa-dosa besar(al-Kabaa’irdan dosa-dosa kecil(asg-Shaghaa’ir)
14. .Membedakan antara pelaku kesalahan yang memiliki banyak kebaikan sebelumnya—sehingga kesalahannya akan terhapus begitu saja atau nyaris terhapus dan tidak berarti jika dibandingkan kebaikan-kebaikkannya yang sangat banyak—dan orang yang selalu ber-buat maksiat.
15. Membedakan antara orang yang melakukan kesalahan berulang kali dan orang yang baru pertama kali melakukannya
16. Nenbedakan antara orang yang melakukan kesalahan secara berturut-turut dan orang yang mengulanginya dalam tenggat waktu yang cukup lama
17. Membedakan antara orang yang melakukan kesalahan ecara terang-terangan dan orang yang melakukannya secara sembunyi-sembunyi
18. Mempertimbangkan orang yang pemahaman agamanya masih terlalu lemah, sehingga tidak boleh disikapi dengan keras
19. Mempertimbangkan kedudukan dan pengaruh orang yang melakukan kesalahan
20. Cara mengingkari pelaku kesalahan yang masih kecil harus sesuai dengan usianya
21. Berhati-hati dalam mengingkari kesalahan wanita=wanita asing(bukan mahram)
22. Tidak boleh sibuk memperbaiki dampak-dampak kesalahan danmelupakan sebab dan sumbernya
23. Tidak boleh membesar-besarkan kesalahan dan memandangnya secara berlebihan
24. Tidak boleh berlebih-lebihan dalam menetapkan kesalahan danminta pengakuan dari orang yang bersalah atas kesalahannya
25. Memberikan waktu yang cukup untuk memperbaiki kesalahan,terutama bagi orang yang sudah terbiasa dengan kesalahannya dan melakukannya dalam jangka waktu yang cukup lama. Namun,tetap mengontrol dan mengingatkan dan memperbaikinya.
26. Menjauhkan kesan bahwa orang yang bersalah adalah musuh dan harus mengutamakan prinsip bahwa mencapai kesadaran orang yang bersalahadalah lebih baik daripada menghilangkan kesalahan itu sendiri.

Read more...

ShoutMix chat widget
CO.CC:Free Domain

Free File Hosting

  © Blogger template PingooIgloo by Ourblogtemplates.com 2009

Back to TOP